Tertipu
Kisah ini sudah lama terjadi, sampai-sampai saya lupa
kapan ini terjadi. Hari itu adalah malam yang cerah, dimana bulan sabit
memancarkan sinar layaknya matahari pagi. Pada hari itu juga saya memutuskan
untuk pergi jalan-jalan. Terlintas dipikiranku
untuk pergi ke mega mall untuk berbelanja. Niat dalam hatiku adalah aku ingin
berbelanja sepatu futsal yang baru. Aku pergi dari rumah sekitar jam 7 malam.
Aku pergi dengan mengendarai sepeda motor bersama temanku. Setelah kira-kira
semuanya siap akupun akhirnya pergi bersama temanku tersebut.
Sesampai di mega mall, aku langsung menuju toko
olahraga yang berada didalam mega mall tersebut. Sebut saja toko itu bernama
rissik. Toko yang menjual aneka ragam alat-alat olahraga khusunya sepak bola. Ketika
aku sampai aku langsung memilih layaknya para pembeli biasa. Satu persatu aku
perhatikan sepatu yang kira-kira disenangi hatiku. Tidak hanya memilih dan
menentukan harga sepatu, aku juga membeli barang lain lagi untuk perlengkapan
futsal. Sekilas info aku yang ganteng ini mempunyai hoby bermain futsal.
Setelah sekiranya sudah pas dan tidak ada lagi yang
ingin dibeli, aku mentotalkan sendiri harga barang-barang yang kubeli. Setelah
kuhitung sendiri dengan kalkulator otakku aku mendapat kan total ± Rp. 1.500.000,- .Tanpa berpikir
panjangpun aku langsung mengeluarkan uangku dan ingin langsung membayar.
Seketika uang ingin diterima kasir, datang seorang ibu yang tergesa-gesa sambil
berteriak-teriak kepadaku. Aku lantas langsung bingun dan heran. Latas yang ibu
itu katakan adalah bahwa aku adalah seorang pencuri.
Ibu itu menjelaskan bahwa uangnya telah hilang sebesar
Rp. 1.500.000,- dan ia langsung menuduhku bahwa aku yang mencuri uang tersebut.
Aku lantas tidak tinggal diam. Aku langsung sedikit rada emosi menjelaskan
bahwa uang itu adalah milikku, uang keringat orang tuaku yang diberikan padaku
dan kukumpulkan sehingga sedemikian banyaknya. Tapi ia malah tidak percaya, ia
tetap ngotot bahwa itu adalah uang miliknya.
Tidak lama kami berdebat, langsung datang 2 orang
satpam yang tanpa pikir panjang langsung menyeretku tanpa bertanya-tanya lagi.
Aku diseret dari toko itu yang terletak dilantai 2, sampai ke pos satpam yang
ada di luar mega mall. Betapa sangat malunya aku saat itu. Bayangkan saja, aku
berdua dengan temanku itu diseret layanya pencuri dari toko tersebut sampai ke
pos satpam yang ada dilantas dasar.
Ketika diseret, semua pandangan orang tertuju
kepadaku. Pandangan mereka langsung berubah layaknya aku benar-benar seorang
pencuri. Akhirnya aku sampai juga di pos satpam tersebut. Aku langsung ditanya
oleh sang ibu dan satpam. Mereka ingin aku mengakui dan mengembalikan, setelah
itu membawaku kepihak yang berwajib. Aku tidak mau putus asa aku tetap saja
menjelaskan bahwa itu adalah uangku.
Setelah berdebat cukup lama dan didalam posisi aku
yang terus terpojokkan, tak lama ada datang seorang laki-laki yang berperawakan
seperti orang tua. Ternyata itu adalah suami dari ibu tersebut. Bapak itu
menyatakan bahwa uang sang ibu ada dengan sang bapak. Seketika itu aku
mendengarnya rasa ingin aku bunuh sang ibu dan satpam terebut.
Lalu tak lama, ibu itu langsung meminta maaf. Aku
dengan emosi diatas kendali langsung marah. Aku menolak permintaan maaf ibu
itu. Bagaimana tidak, aku seorang laki-laki yang diseret dan diperlakukan
layaknya pencuri didalam mega mall tersebut. Itu bukan tempat sepi seperti
kuburan tapi itu adalah mega mall, tempat orang ramai berkumpul. Entah diantara
mereka ada yang mengenali aku atau tidak, yang jelas aku sudah dipermalukan dan
aku merasa bahwa harga diriku sudah diludahi dan dinjak-injak. Aku sempat
mengatakan akan membawa kasus ini kepihak yang berwajib karena kasus pencemaran
nama baik.
Ibu itu langsung panik dan langsung meminta maaf
kembali. Ia tidak hanya meminta maaf, ia juga memberi uang tunai langsung
didepa mataku, uang sebesar Rp. 1.500.000,-. Didalam hatiku langsung ada
sedikit rasa lega, tapi amarahku belum sepenuhnya hilang. Lalu temanku langsung
menyahut kembali. Ia tetap tidak mau menerima dan ingin menuntut itu kepihak yang
berwajib.
Didalam pikiranku juga sedikit terlintas. Ada benarnya
juga temanku ini. Jika aku menerima uang itu, sama saja bahwa harga diriku yang
telah diludahi tersebut dibayar denga uang Rp. 1.500.000,-. Lalu ibu kembali
panik dan menambahkan jumlah uang menjadi Rp. 2.500.000,-. Aku seketika tambah
senang dengan jumlah uang tersebut.
Tapi aku tetap tidak mau mengalah dengan uang sekecil
itu dibandingkan dengan harga diriku ini. Aku menotot ke ibu itu, menjelaskan
kepadanya bagaimana jika ia yang berada diposisiku saat itu dengan kondisi yng
terpojokkan sama sekali.
Tak lama ibu akhirnya menghela nafas panjang dan
mengeluarkan semua isi dompetnya yang ketika itu hanya tersisa Rp. 500.000,- .
Ia kembali meminta maaf dan akan memberikan aku uang tunai depan mata sebanyak
Rp.3.000.000,-.
Ia menjelaskan bahwa itu adalah semua uang yang ia
miliki saat ini. Ia terus terus dan terus meminta agar kami memaafkannya. Aku
langsung berpikir, alhamdulillah, aku langsung kaya mendadak. Melihat uang
kertas 100 ribuan yang berserak dan ditambah sedikit uang 50 ribuan yang
berjumlah total Rp. 3.000.000,-. Lalu aku dan temanku langsung sepakat. Kami
ahirnya menerima ucapan maaf ibu tersebut walau dengan agak sedikit terbuang
harga diri. Tak apalah kataku dalam hati, yang penting ibu itu mau bertanggung
jawab.
Lantas seketika aku memberi maaf dan berniat mengambil
uang yang sudah didepan mataku itu, seketika juga aku mendengar teriakan suara
ibuku. Ibuku mengatakan. Oi Bangun! Sudah Siang ini! Pergi sekolah! Nanti kau
terlambat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar