Selasa, 23 April 2013

Tertipu


Tertipu


Kisah ini sudah lama terjadi, sampai-sampai saya lupa kapan ini terjadi. Hari itu adalah malam yang cerah, dimana bulan sabit memancarkan sinar layaknya matahari pagi. Pada hari itu juga saya memutuskan untuk pergi  jalan-jalan. Terlintas dipikiranku untuk pergi ke mega mall untuk berbelanja. Niat dalam hatiku adalah aku ingin berbelanja sepatu futsal yang baru. Aku pergi dari rumah sekitar jam 7 malam. Aku pergi dengan mengendarai sepeda motor bersama temanku. Setelah kira-kira semuanya siap akupun akhirnya pergi bersama temanku tersebut.
Sesampai di mega mall, aku langsung menuju toko olahraga yang berada didalam mega mall tersebut. Sebut saja toko itu bernama rissik. Toko yang menjual aneka ragam alat-alat olahraga khusunya sepak bola. Ketika aku sampai aku langsung memilih layaknya para pembeli biasa. Satu persatu aku perhatikan sepatu yang kira-kira disenangi hatiku. Tidak hanya memilih dan menentukan harga sepatu, aku juga membeli barang lain lagi untuk perlengkapan futsal. Sekilas info aku yang ganteng ini mempunyai hoby bermain futsal.
Setelah sekiranya sudah pas dan tidak ada lagi yang ingin dibeli, aku mentotalkan sendiri harga barang-barang yang kubeli. Setelah kuhitung sendiri dengan kalkulator otakku aku mendapat kan total ± Rp. 1.500.000,- .Tanpa berpikir panjangpun aku langsung mengeluarkan uangku dan ingin langsung membayar. Seketika uang ingin diterima kasir, datang seorang ibu yang tergesa-gesa sambil berteriak-teriak kepadaku. Aku lantas langsung bingun dan heran. Latas yang ibu itu katakan adalah bahwa aku adalah seorang pencuri.
Ibu itu menjelaskan bahwa uangnya telah hilang sebesar Rp. 1.500.000,- dan ia langsung menuduhku bahwa aku yang mencuri uang tersebut. Aku lantas tidak tinggal diam. Aku langsung sedikit rada emosi menjelaskan bahwa uang itu adalah milikku, uang keringat orang tuaku yang diberikan padaku dan kukumpulkan sehingga sedemikian banyaknya. Tapi ia malah tidak percaya, ia tetap ngotot bahwa itu adalah uang miliknya.
Tidak lama kami berdebat, langsung datang 2 orang satpam yang tanpa pikir panjang langsung menyeretku tanpa bertanya-tanya lagi. Aku diseret dari toko itu yang terletak dilantai 2, sampai ke pos satpam yang ada di luar mega mall. Betapa sangat malunya aku saat itu. Bayangkan saja, aku berdua dengan temanku itu diseret layanya pencuri dari toko tersebut sampai ke pos satpam yang ada dilantas dasar.
Ketika diseret, semua pandangan orang tertuju kepadaku. Pandangan mereka langsung berubah layaknya aku benar-benar seorang pencuri. Akhirnya aku sampai juga di pos satpam tersebut. Aku langsung ditanya oleh sang ibu dan satpam. Mereka ingin aku mengakui dan mengembalikan, setelah itu membawaku kepihak yang berwajib. Aku tidak mau putus asa aku tetap saja menjelaskan bahwa itu adalah uangku.
Setelah berdebat cukup lama dan didalam posisi aku yang terus terpojokkan, tak lama ada datang seorang laki-laki yang berperawakan seperti orang tua. Ternyata itu adalah suami dari ibu tersebut. Bapak itu menyatakan bahwa uang sang ibu ada dengan sang bapak. Seketika itu aku mendengarnya rasa ingin aku bunuh sang ibu dan satpam terebut.
Lalu tak lama, ibu itu langsung meminta maaf. Aku dengan emosi diatas kendali langsung marah. Aku menolak permintaan maaf ibu itu. Bagaimana tidak, aku seorang laki-laki yang diseret dan diperlakukan layaknya pencuri didalam mega mall tersebut. Itu bukan tempat sepi seperti kuburan tapi itu adalah mega mall, tempat orang ramai berkumpul. Entah diantara mereka ada yang mengenali aku atau tidak, yang jelas aku sudah dipermalukan dan aku merasa bahwa harga diriku sudah diludahi dan dinjak-injak. Aku sempat mengatakan akan membawa kasus ini kepihak yang berwajib karena kasus pencemaran nama baik.
Ibu itu langsung panik dan langsung meminta maaf kembali. Ia tidak hanya meminta maaf, ia juga memberi uang tunai langsung didepa mataku, uang sebesar Rp. 1.500.000,-. Didalam hatiku langsung ada sedikit rasa lega, tapi amarahku belum sepenuhnya hilang. Lalu temanku langsung menyahut kembali. Ia tetap tidak mau menerima dan ingin menuntut itu kepihak yang berwajib.
Didalam pikiranku juga sedikit terlintas. Ada benarnya juga temanku ini. Jika aku menerima uang itu, sama saja bahwa harga diriku yang telah diludahi tersebut dibayar denga uang Rp. 1.500.000,-. Lalu ibu kembali panik dan menambahkan jumlah uang menjadi Rp. 2.500.000,-. Aku seketika tambah senang dengan jumlah uang tersebut.

Tapi aku tetap tidak mau mengalah dengan uang sekecil itu dibandingkan dengan harga diriku ini. Aku menotot ke ibu itu, menjelaskan kepadanya bagaimana jika ia yang berada diposisiku saat itu dengan kondisi yng terpojokkan sama sekali.
Tak lama ibu akhirnya menghela nafas panjang dan mengeluarkan semua isi dompetnya yang ketika itu hanya tersisa Rp. 500.000,- . Ia kembali meminta maaf dan akan memberikan aku uang tunai depan mata sebanyak Rp.3.000.000,-.
Ia menjelaskan bahwa itu adalah semua uang yang ia miliki saat ini. Ia terus terus dan terus meminta agar kami memaafkannya. Aku langsung berpikir, alhamdulillah, aku langsung kaya mendadak. Melihat uang kertas 100 ribuan yang berserak dan ditambah sedikit uang 50 ribuan yang berjumlah total Rp. 3.000.000,-. Lalu aku dan temanku langsung sepakat. Kami ahirnya menerima ucapan maaf ibu tersebut walau dengan agak sedikit terbuang harga diri. Tak apalah kataku dalam hati, yang penting ibu itu mau bertanggung jawab.
Lantas seketika aku memberi maaf dan berniat mengambil uang yang sudah didepan mataku itu, seketika juga aku mendengar teriakan suara ibuku. Ibuku mengatakan. Oi Bangun! Sudah Siang ini! Pergi sekolah! Nanti kau terlambat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar